CAHAYA TERSELUBUNG
Cerita yang memanjakan indra kita dalam mendiskripsikan suatu objek.Mencitrakan keindahan alam nan elok, penulis mencoba memaknai kehidupan berdasarkan keindahan lukisan Tuhan yang maha sempurna tiada tara. —-Pagi, cahaya telah menyapu gelap hanya kabut berserakan yang masihtetap utuh dengan pendiriannya. Tenang saja, sebentar lagi sipenghambat pandangan itu akan lesap, jika Raja siang telah sampai diujung timur untuk menguasai hari, kabut juga akan mengalah sendiri,tidak akan kuasa ia untuk bertahan dalam terik melelehkan, ia akantersapu juga. Sehingga birunya gunung pagi segera termakan indah olehkedua bola mata kita secara anggun nan agung, dan kuningnya sawah akanmembuat Pak tani merancang angan tentang hasil penantian. Dua haritelah berjalan sedemikian rupa, Aku tak merasakannya telah hilangbegitu saja, begitu cepat telah Aku habiskan hanya dengan bercengkeramabeserta dua helai pisang berbalut tepung renyah berminyak dan harum tehmanis jika pagi. Beberapa bulir padi nanak dalam piring beserta proteindan vitamin atau apapun jika mentari lurus dengan kepalaku. Menjelangsenja kuulangi ritual santap bertambah susu murni membuatku menumpukanlemak di perut, pinggul, betis, lengan, pipi, dan dagu. Aku rileksmenunggu pagi ini, yah, pagi yang kemarin Aku angankan akan begituindah oleh karena hariku akan kuhabiskan untuk bercengkerama bukanmemanjakan perut lagi tapi mata dan hati akan Aku puaskan hari ini, ya,hari dimana Pak tani sedang manari bersama tarian padi menguning yangujungnya semakin melengkung tertunduk ke bawah, begitu beratnya bulir –bulir gabah itu, terbayang lembaran – lembaran rupiah tak hingga masukdalam dompet kainnya. Aku sendiri, yah, hanya ingin melepas semuapenat, mungkin disini dalam Desa Wisata Tamansari Wasesa Aku bisamenguapkan kelelahan yang menarik setiap erat urat syarafku, efeksamping dari mengejar deadline per minggunya. Aku tak mau ada seseorangyang menghembuskan mandatnya di telinga jenuhku, aku bosan. Aku inginmencari inspirasi di sini dalam ruang yang bersahaja mirip keperawanansebuah alam meskipun ini hanya bentukan manusia, namun, kesemuanya ituhanya Dia yang menciptakan, para penggarap itu hanya memikirkan rancangbangun sebuah objek berorientasi komersil agar menelurkan rupiah. Akutetap membungkukan badan untuk alam bentukan ini, yah, tetap saja inimelestarikan dan tentunya ini asri untuk kepenatanku. Kumulai denganmemasukan dua helai cucur dan secangkir susu murni dalam perutku, dalamtas, hanya tas kecil Aku bawa berisi air oksigen dan tiga lembar rotitawar yang telah terolesi selai stroberi. Ada handuk kecil juga disanadan sedikit peralatan medis tak lupa jua. Kakiku beranjak meninggalkanrumah bambu yang elok menurutku. Luas sepanjang mata memandang, adapermadani kuning disamping kananku yang mulai menari – nari bersamasepoinya angin dari atas bukit Semaya. Ada gumpalan – gumpalan hijautua disekitar samping kiriku, diantaranya terdapat serbuk – serbuk sariyang timbul di sela – sela gumpalan itu, pohon rambutan sedang ditunggubulat, kenyal, manis rambutannya, buah khas Indonesia. Mereka kompaktidak saling berebut cahaya saling berbagi batang daun – batang daunyang lain, satu berbunga yang lainnya mengimbanginya tanpa gengsi. Disampingnya masih ada harmoni tarian padi satu ke kanan yang lainnyaturut mencondongkan tubuh tunduknya ke kanan, ada juga tarian berputar,mungkin angin ingin memusingkan mereka, semakin kencang kemudian buyarberantakan di tengahnya. Kembali mereka bergoyang kanan kiri tak henti.Aku siap dengan hari ini, lumayan tegap terus kulangkahkan mantapkedepan diantara gumpalan daun hijau tua pohon rambutan dan tarian padipagi hari. Selang sebentar kumpulan titik – titik cokelat ke arahkananku, ke permadani kuning itu mereka tidak saling berkejaran namunjuga tidak saling meninggalkan, kompak satu tujuan bersatu bersamamenuju ladang entah berantah dengan perut yang masih mengkerut,pastinya senja mereka akan dengan riang kembali ke kiri dengan perutmenggembung hasil hari ini. Mereka tidak berebut atau saling memonopoliladang untuk perut masing – masing toh, kembali dengan hasil yangmengenyangkan, bercuat – cuit bergembira. Ada kebahagiaan hari ini dantak ada kecemasan hari esok karena alam dengan kearifannya masihbesedia untuk menyajikan dan akan tetap menyajikan santapan hangat bagimereka setiap siangnya dan susuh hangat di malamnya, begitu bergulirseterusnya. Aku maju lagi sembari menaikan setiap sudut mulutku berkali– kali. Aku ikut optimis seoptimis para bangau putih di depan, sungguhmereka indah berbentuk huruf V, sangat elegan dengan persatuannya, ituadalah penerbangan paling sempurna tanpa menghambur – hamburkan energi,saling menopang saling memberi menerima dengan kepatuhan terhadap satupemimpin di depan, semakin meringankan penerbangan untuk kestabilanpengepakan sayap – sayap kokoh. Itu adalah tarian angin tanpakelelahan, jelas mereka mereka merasakan keringanan itu karenakebersamaan berupa huruf V yang ajaib. Tanpa diperintah adalahpanggilan naluri masing – masing penari angin mencipta optimalisasisebuah pengepakan untuk ketahanan sebuah penerbangan. Aku kembalimeruncingkan setiap sudut mulutku, ada palajaran bermakna yang meresapke sanubariku. Perjalanan ini semakin menarik perhatianku, Akulangkahkan kembali dua puluh meter lebih kurang, sedangkan gunungsedang menyombongkan dengan teguh kebiruannya yang tegap namun eksotis.Aku kagum dengan Penciptanya sehingga tanah jawa ini masih tenangkarena pasak buminya sedang setia menancap disana. Terima kasih. Adalagi guruku yang tengah menampakan diri disana. Ada tiga batang lemahnamun menantang, yah, menantang ke angkasa, mereka tiga dari bonggolmasing – masing gadung. Timbul mencuat dari bumi, merekat salingberputar dalam satu batang bambu tancapan berpilin menjadi satu terusmenantang ke atas hampir menghujam langit namun takkan sampai mereka.Ada makna tentang persamaan dengan masing – masing hak ruang dancahanya tanpa saling berebut, dengan keadilan yang fenomenal. Aku jaditeringat dengan tim pemburu beritaku, namun berbeda dengan hal itu,kami saling berebut sumber, satu kabar untuk kepentingan bersama dalamsatu rumah redaksi namun, kami tetap bersaing dalam pemburuan itu untukdiri masing – masing, untuk citra masing – masing, lain manusia lainjua dengan gadung itu. Tak ada hak tersaingi bahkan terdzalimi, itubukan tabiat mereka. Ah, sungguh alam ini tak habis – habisnya mengajarAku, baru saja kuterlena dengan sesuatu yang berpilin rapi di depankuada titik – titik hitam merayap namun satu – satu mereka, katakanlahada rel semu di batang pohon nangka yang kasar itu, Aku hanpirternganga, adalah kumpulan semut itu berbondong – bondong dengan bebanberat yang bervolume puluhan kali dari tubuh mereka yang tidakmemberatkan punggung mereka,, motivasi apa tak jelas kok, merekaberpesta dengan satu beban yang dipikul dengan melingkari diantaraonggokan kepala serangga apa tak jelas, mungkin kecoa atau jangkrik.Terbawa ke atas bahan baku itu perlahan namun pasti, kemudian taknampak begitu saja menghilang dalam pohon nangka renta. Ah, kembalibegitu santunnya Tuhan memperlihatkan kepada kita tentang kebersatuandalam bahasa yang terlalu indah untuk para pecandu dosa, Aku malu.Apalagi setelah menerawang mereka ketika bersua, entah bentuk kontakapa, yang jelas mereka terlihat berkomuikasi, mungkin ciuman, karenaterlihat kepala mereka yang mungilitu menyatu setiap ada kawanan yang berlain arah dalam rel semu itu.Aku jadi ingin mencontoh untuk kultur dalam kantorku yang semprawuttiap harinya. Tak kagum dengan sebuah bentakan atau kecuekan terhadapperistiwa bersua setiap saatnya. Mulutku menyungging membayangkan normaadaptif dari kumpulan makhluk mungil nan rantan. Wah, ada aliran derasdi depan, kelihatannya jernih, benar, sungguh jernih aliran itu. Akusedikit merambahnya, serrrrr, ugh dinginnya, sejuk menekan tiap ujungsyaraf tiap jemari kakiku, ada sesuatu yang merambat dari ujung jari,perlahan ke atas hingga buntu ke tempurungku, Aku lunglai namun tetapsadar. Sejenak manjakan kedua betis yang telah melangkahkan Aku dalamdunia penuh makna, namun tersirat dan hanya pemerhati sejati yang mampumenerkam sinyal – sinyal kontekstual itu. Kini aku sadar aku adalahorang beruntung yang telah menemukan cahaya terselubung, dan itu dekat,dekat sekali dengan keseharianku, tak perlu jauh ke angkasa ataumenyelam ke kedalaman dalam kegelapan abadi laut lepas sana. Sekalilagi terima kasih Tuhan. Kakiku sejuk namun tak sadar Aku, diatas,mentari kian mengintaiku sejak pagi, selalu membuntutiku ikut kebaratdan sekarang usahanya telah kelihatan untuk menelanku hidup – hidup,satu dua peluh meleleh menelusuri pipiku menyatu di runcingnya dagu,berhenti sejenak dan, tes,,,. Aku sadar mukaku merona, terburu akuberlari ke rindang kumpulan produsen buah mangga dan kuusahakan agarpunggung condong ke belakangku tepat bersentuhan dengan salah satupohon itu. Kasar namun apa boleh buat, perlahan tubuh ke bawah danpantat bertemu dengan bumi. Ah.., santai,,,. Otakku kembali berputarselalu ada yang menggangguku, Aku baru sadar fenomena di depankusekarang adalah bernilai, mereka berkumpul berbusana bulu lebat calonbenang wool. Masing – masing masih lebat mereka, mungkin sebentar lagimereka akan telanjang karena busana itu berpindah menjadi busanamanusia, lucu. Anehnya sekarang objek pandangku terproses lain dalambenakku, sebuah kumpulan sederhana, yah, hanya bersama saja di ataspermadani hijau itu tanpa berebut tentunya, mungkin karena padang hijauterlalu lebar untuk dipersaingkan. Namun, bayangkan jika mereka manusiasedang berkumpul di atas hamparan rupiah, bukan, diatas hamparan berassaja misalkan, segunung apapun beras itu apakah mereka takkanmemperebutkannya, Aku tahu karena Aku juga manusia. Ada lagi tentangfungsi perkumpulan itu. Coba kita bayangkan, seandainya ini adalahrimba liar, katakanlah rimba Afrika, akankah mereka dapat selamat jikasemua berbuyar di atas hamparan, pastilah banyak intaian disana dandisini, akan semakin mudah pengintai itu untuk meraup kesempatan dariketerpisahan. Bahkan untuk tetap dalam sebuah kebersatuanpun, ceruk –ceruk kesempatan akan tersedia meski itu memayahkan bagi pengintai,yah, pasti akan kepayahan para pengintai itu untuk memangsa. Apalagimereka berani untuk berserakan, satu – satu akan lenyap oleh kucingrimba atau anjing rimba. Jadi kebersatuan yang solid adalah hambatannyata bagi pengintai dalam usaha pendisintegrasian. Oh ya, Aku ingataku belum bersua dengan tawon, semoga jangan, namun, tanpa melihatpunAku bisa meraba makna dari kebersatuan mereka yang terorganisir, adaratu, pekerja, tukang kawin dan sebagainya, semua tertuju pada satutujuan dalam kerajaannya, wah tanpa di depan objek itu sekarang Akubisa mengais sisi – sisi lain dari mereka yang terselubung, Akugembira. Uh, bagaimana manusia dapat senang dengan keAkuan, apakahmereka tidak malu berkultur di bawah makhluk – makhluk berbulu, ataumakhluk – makhluk hitam mungil – mungil, atau penerbang bermanuverserupa huruf V, dan yang paling solid dalam hal keorganosasian tawonsang pencipta madu. Atau memang itulah perbedaan manusia dengan makhluklain yang tak berakal, atau belum saja mereka dapat mengerti maknakebersatuan untuk kebersamaan, atau entahlah, Aku tak bisa menebaksemua isi tempurung di atas dunia ini. Terserah mereka, toh, merekasendiri yang tenggelam karena bermain air dalam, padahal tak mahirmereka untuk menyelam. Namun, satu yang tetap bisa kumohonkan, semogamereka diberi kesempatan untuk dapat menjelajah dalam dunia lain ini,taman nan elok ini, Tamansari Wasesa, Amin.DEMIKIAN…
0 komentar:
Posting Komentar