Di Antara PERMINTAAN HATI
Anda percaya dengan kekuatan cinta? Jika anda sudah membaca cerita inipasti anda akan percaya tentang kekuatan cinta. Seperti apa kekuatancinta tersebut? Silakan anda baca! — Malam itu sepi tampak melingkupibelahan langit. Rembulan tertutupi gumpalan awan kelabu. Bintang hanyabermunculan satu -satu. Langit tak begitu ramai dihiasi benda -bendaangkasa. Sama seperti kotaku yang tak lagi ramai. Sepi tampak berhembusdi sana -sini. Malam itu, telah menunjukkan pukul 10 . Aku melangkahkankakiku dengan enggan, menyusuri pelataran trotoar. Jarak rumahku takseberapa jauh dari situ. Hari yang melelahkan baru saja kulalui. Jadwalkuliah yang kuambil membuatku baru bisa pulang kala itu. Belum lagitugasku untuk menyelesaikan beberapa tulisanku di berbagai mejalahremaja. Malam itu, langit membumbung di angkasa. Aku masih berjalandengan lelahku ketika tiba -tiba aku menyadari sesuatu. Seperti langkahkaki yang berderap dari arah belakangku. Sesaat aku menyadari, akutengah diikuti seseorang. Aku lantas semakin mempercepat langkahkuhingga setengah berlari. Namun suara deru langkah kaki itu semakinmengejarku. Aku pun beradu cepat dengan suaru deru langkah kaki itu.Sementara berbagai macam pikiran menyeruak di kepalaku. Aku mungkinakan dirampok, aku akan diperkosa. Aku akan dibunuh !!. Sambil berlarikulihat di sekelilingku. Di gang yang kulalui memang tak tampak seorangpun yang masih berkeluyuran. Mungkin malam yang terlalu sendu membuatmereka tertidur lebih cepat. Hingga tak kusadari, sebongkah batu besarmenghadang di bawahku. Kakiku menyepak batu itu. Perih !. Akutersandung. Tubuhku oleng. Aku terjerembab di. Jatuh di tanah yanggersang. Dengan posisi tengkurap. Kudengar langkah kaki orang yangmengejarku sudah tepat berada di belakangku. Tawatlah riwayatku !!.Pria itu berdiri tegap di hadapanku.Tinggi membusung sekitar 180 Cm.Otot – ototnya tegap. Sekeras baja, menggapai tangan- tanganku yangmungil. Aku yang sudah mampu berdiri menatapnya. Tubuhnya benar – benarsempurna. Aku seperti tiba – tiba tersihir pesona dirinya. Alisnyalebat dengan mata yang cekung. Jantan seperti elang. Kulitnya hitammanis. Membuat segala apa yang dikenakannya mejadi tampak indah ditubuhnya. Sempurna. Begitu gagah. Perkasa. Sejenak ketakutanku berubahmenjadi kekaguman. Bisa kurasakan wajahku yang merona tiba – tiba. Akujuga melihat binar dimatanya yang begitu indah. Dan disitu, dalamketidakmengertian yang terlalu ganjil. Aku terheran – heran. Priaperkasa itu. Matanya tampak diselimuti kesedihan yang membara. Tiada kumengerti, hati seorang pria yang begitu jantan sepertinya. Menitikkanair mata, yang masih membekas di pelipisnya. Air mata yang tak pernahbisa dia sembunyikan dariku. Dan dalam haru itu, ia berkata,“ Tolong…tolong aku…hanya kamu yang bisa menolongku ,“ucapnya masih ditengah kesedihan. Aku seperti terhanyut aura kesuraman yangdiciptakannya. Makluk sensitif sepertiku, berhadapan dengannya, hatikuseolah luluh. Seperti lilin yang lumer perlahan. Dan seolah tak puasdengan ekspresiku yang bingung dan gagu, ia berusaha lagi berkata,“ tolong…hanya kamu yang bisa menyelamatkan nyawanya…”tukasnya lagidalam deburan air mata.“ Aku ?…aku…apa – apaan ini ? …apa yang bisa aku lakukan untukmu??…aku bahkan tak mengenal siapa kamu…”ucapku penuh ragu antara ibadan takut.“ Ibuku…,satu – satunya orang yang aku miliki di dunia ini…. Umurnyatak lama lagi…aku tak sanggup jika harus kehilangan dirinya. Kamu jugatak akan pernah sanggup kehilangan orang yang kamu cintai bukan?…”tanyanya sembari menatapku dekat. Aku kesal, disodori pertanyaanseperti itu oleh pria sepertinya. Aku lantas berbalik, bermaksudmeninggalkannya. Enggan dengan segala keanehannya malam itu. Namun iaberlutut. Membuatku luluh dalam rayuan yang tak kumengerti.“ Kumala Dewi…aku tahu kalau bibir ini tak akan kuasa memintamu…tapi,untuk yang terkahir kalinya…ikutlah denganku..dengarkanlah permintaanhatiku…. Untuk ibuku…”Aku terhenyak. Mendengar ucapan terakhirnya. Bukan semata ucapan rayuankuno biasa. Bahkan,. ucapan seperti itu hanya ada dalam dialog yangkumuat di cerita – cerita fiksiku. Terlebih lagi, ia mengenalku ? akulantas berbalik. Menatapnya tajam.”darimana kamu mengenalku ?..kamu..kamu pasti telah lamamengikutiku…apa yang kau inginkan dariku ?..”ujarku penuh selidik.”percayalah…kumala,telah puluhan penulis yang aku datangi. Sudahpuluhan penulis yang ku kenalkan padanya. Namun kekuatan mereka seolahsia -sia. Tetap tak mampu mengembalikan hidupnya. Lalu akumenemukanmu…hanya kamu harapan terakhirku,plis..”ucapnya dalam haru. “tapi…kenapa aku yang kau pilih ?..bukankah masih banyak penulis lainyang lebih baik dariku. Masih banyak penulis lain yang..”“ karena aku yakin padamu.. hatiku percaya..pada karya – karyamu..dalamkeputus asaanku, aku menemukan artikel yang memuat kritik tentang karya– karyamu,aku pun membaca karyamu.aku mengagumi karya-karyamu..menyentuh. dalam. puitis. romantis. Namun tetap realistis,meski..terkadang mengiris..”pujinya. Lalu detik itu juga. Hatiku direbut olehnya. Gembok hatiku yang sudah lama terkunci, mampu dibukaolehnya dalam sekejap. “ tolong..ikutlah denganku..demi dia…”pintanyalagi. Dan Entah karena kemurnian pujiannya. Ataukah karena pesonadirinya. Aku pun tersentuh mengikuti keinginannya. Aku pun terhanyutmengikuti permintaan hatinya. “ Baiklah…”ucapku akhirnya sambil menariknafas dalam – dalam. “ dengan satu syarat..”. Ia menatapku. Lega diwajahnya sejenak memudar. “ jangan pernah kau menyentuhku..”pintaku.Seolah masih tak percaya padanya. Ia menatapku. “ aku akan ikutkemanapun langkahmu..tapi tetaplah kau disampingku, jangan pernahmenyentuhku “.Ia tersenyum simpul. Mengangguk. Lalu mengiringilangkahku. Malam itu juga, aku mengikuti kemanapun langkahnya. Iaseperti arah mata angin bagiku. Dalam diamnya, kulihat setitik sedihmasih tersisa di sorot matanya. Aku terus mengikutinya. Ke tempat yangtak pernah aku mengerti. “ oh yah,…kau sudah tahu segalanya tentangku.Tapi aku tak tahu siapa kamu..”ujarku sembari berjalandisisinya.”Dirga..”ucapnya. **** **** Kebingunganku mendapatkanjawabannya. Badai pertanyaan yang telah singgah di hatiku menghilang..Dirga membawaku ke ruangan itu. Sekitar 30 menit yang lalu kita sampaidisitu. Lantas aku mengerti segalanya. Tentang apa sebenarnya yangterjadi pada hidupnya. Juga hidup seorang wanita yang terduduk membisudi hadapanku. Wanita itu berusia sekitar 40 tahunan. Keriput diwajahnya tampak samar, namun tetap tak menutupi kecantikannya. Sejakdatang ke ruangan itu yang ternyata adalah salah satu ruangan di RumahSakit jiwa di Jakarta,suasana sudah tampak sepi. Sewaktu kami datang,dua orang dokter dan beberapa perawat yang baru saja memeriksanyatampak keluar ruangan. Dan disinilah aku terduduk. Di hadapan wanitayang sedari tadi hanya diam membisu. Juga disamping dirga, anak satu –satunya. Yang wajahnya tak jauh menawan dengan wanita itu. Yangperlahan menjelaskan segalanya tentang apa yang dialami ibunya. Namunyang tak pernah aku pahami, adalah bagaimana sedih itu begitu dalammembelenggunya. Bagaimana kekuatan cinta pernah begitu menyiksanya.Sejak kematian suaminya yang juga Ayah Dirga beberapa tahun silam. BuAyu tampak murung. Berhari -hari ia mengurung diri di kamarnya.Tenggelam dalam samudera kesedihannya. Bahkan hingga berhari,berminggu. Berbulan – bulan. Hingga suatu ketika,kondisinya melemah. Dirga segera melarikannya ke Rumah Sakit. Namuntetap tak membantu kondisi jiwanya. Bu Ayu pun dirujuk ke salah satuRumah Sakit kejiwaan di Jakarta. Dan menghabiskan bertahun -tahundisini, karena tetap tak membantu memulihkan jiwanya. Dirga, anaktunggalnya yang ternyata adalah seorang pemusik pun meninggalkanpekerjaannya untuk manggung di berbagai cafĂ©. Bahkan ia melepaskan diridari grup Band yang pernah diketuaniya. Demi ibunya, satu-satunya orangyang dimilikinya. Rumah sakit ini pun seolah menjadi rumahnya. Semuakeperluannya di pindahkan kesini. Terkadang Dirga mencoba untukmenghibur ibunya. Menyenandungkan berbagai lagu. Mulai lagi zamannostalgia ibunya hingga lagu anak muda zaman sekarang yang begitumendayu – dayu. Namun semua itu tetap tak berhasil. Ia juga takmengerti, mengapa prahara kematian ayahnya begitu dalam membelengguhatinya. Berratus -ratus orang kehilangan orang yang mereka cintaidiluar sana. Namun tak mungkin hingga membekaskan luka yang mendalamselama bertahun –tahun, seperti apa yang dialami ibunya. Dirga takmengerti apa yang harus ia lakukan. Dan di tengah ketidak mengertiannyaitulah, ibunya tiba – tiba berbicara kepadanya. Ibunya tiba-tibamengungkapkan permintaan hatinya. Ia ingin di pertemukan dengan seorangpenulis. Hanya penulis. Segenap tenaga Dirga merayu bahkan membayarbeberapa penulis untuk mendatangi ibunya. Namun semuanya tak pernahberhasil. Sia-sia. Hingga suatu malam. Kondisi ibunya tiba- tibamelemah. “ umurnya tak lagi….ada kanker yang bersarang di rahimnya.Kita harus segera melakukan tindakan operasi “, ujar Dokter yangmemeriksanya kala itu. Namun ketika keinginan itu disampaikan kepadaibunya. Ia tetap menolak. Ia tak kan pernah menyutujui operasi itusebelum bertemu seorang penulis. Dan dalam keputus asaannya itulah akuhadir di tengah kepuutus asaan seorang Dirga. “Baiklah…apa yang bisaaku lakukan untuknya..”ucapku pada Dirga sambil masih terus menatap BuAyu. “berjalanlah kepadanya, lalu sapa dia..katakan kalau kamu seorangpenulis..”perintah Dirga. Aku melangkahkan kakiku dengan berat.Menghadap kepadanya seperti narapidana yang akan menerima hukumannya.Aku menarik napas dalam – dalam. Lalu berlutut di hadapannya. “ Bu, akuKumala Bu…aku datng kesini untuk membantu ibu..aku akan mendengarsegala permintaan hati Ibu..”ujarku pasrah. Mula-mula ekspresinyabiasa-biasa saja. Namun beberapa detik setelah mendengar ucapanku. Iamelihatku terus-menerus. Meneliti setiap lekuk wajahku. Lantasmengerutkan keningnya. Entah mengapa. Saat itu juga, aku melihat airmata yang turun perlahan di pipinya yang lama tak terurus. Dihadapannya, lagi-lagi aku terhanyut. Tenggelam karena arus kepedihanyang di rasakannya selama bertahun-tahun. Lalu ia menggapai tanganku,menyelinapkan sesuatu di telapak tanganku. Sebuah buku harian. Aku takmengerti, namun aku menerimanya. Buku harian tua berwarna coklat tua,yang menjelaskan semuanya. Kala itu juga, aku menghabiskan waktukudisitu. Menguraikan kembali sisi-sis kehidupan seorang bu Ayu dariawal. Seperti ikut dalam alur cerita kehidupannya yang penuh haru.Cerita tentang seorang pria bernama Bagas Cokro. Penulis muda dari Baliyang merupakan cinta pertama sekaligus cinta terakhirnya. Penulis yangpernah dicintainya. Namun tak pernah sempat dinikahinya. Sebab orangtua mereka yang tak pernah menyetujuinya. Hingga Bu ayu akhirnya dijodohkan dengan ayahnya Dirga. Cinta yang lain. Meski harus berpisahlagi. Aku pun mengerti untuk apa ia membutuhkan seorang penulis. Hanyapenulis. Ia ingin ceritanya diangkat kedalam realita. Ia igin kisahhidupnya. Diangkat kedalam sebuah Novel. Aku tak menolaknya. Jika itupermintaan hatinya. Selain itu, ia juga ingin di buatkan sebuah puisi.Puisi yang kelak ingin di berikannya bagi kekasihnya. Dan kelak diabadikannya untuk kisahnya. Aku lantas mengambil selembar kertas danmulai mengukir seuntai puisi. Yang kala itu juga kuperlihatkan padanya.Ia hanya terdiam, menelusuri kata yang kutuliskan. Lalu ia memelukku.Lama.dan selesailah tugasku karena kala itu juga, ia menyetujui operasiyang pernah di tundanya. Ia pun menyetujuinya. **** **** Pagi itulangit tampak mendung. Jejak matahari tak terkira sedang berada dibagian mana. Awan masih membisu diatasku. Berbulan-bulan telah berlaludari kejadian itu. Dirga tampak menaburkan bebungaan di makam itu.Makam ibunya. Sementara aku berdiri disampingnya. Menggendong Bagas,buah hati kami yang berumur 2 Tahun. Di samping Dirga, juga tampakBagas Cokro. Kekasih ibunya . Aku lega. Batinku lega. Sebuah permintaanhati baru saja kukabulkan. Novel yang bercerita tentang kehidupanmertuaku baru saja kuselesaikan, dan telah di rilis kemarin. Dan itumerupakan karya pertamaku yang diangkat dari sebuah kisah nyata. Akutetap tak mengerti, tentang betapa cinta itu tak terbatas. Tentangbetapa cinta itu penuh liku dan makna. Namun aku lega, sebuahpermintaan hati telah kukabulkan. Termasuk salah satu diantarapermintaan hati bu Ayu. Bahwa aku harus selalu berada di sisi Dirga.Bahwa aku akan selalu berada di sampingnya sampai kapanpun. Dan itulahalasan yang selama ini di sembunyikannya. Tentang mengapapenulis-penulis sebelumnya tak pernah berhasil. Karena sang penulisjuga dinilai oleh Bu Ayu, kelak menjadi istri Dirga. Sementara harisemakin mendung. Bagas Cokro hanya terdiam disamping kami . membacapuisi itu, puisi yang pernah kubuatkan untuknya atas permintaan Bu Ayu.Aku ingin mencintaimu… Seperti matahari mencintai bumi . . . tiadapernah kehabisan sinar cintanya… Aku ingin mencintaimu. . . Sepertibintang mencintai semesta . . . Tak kan pernah kehabisan murnicahayanya . . Aku ingin menyayangimu . . . Seperti gelombang menyayangipantai… tak pernah lelah menepi… Aku hanya ingin disini . . . Disisimu . . . Hingga matahari tak lagi bersinar . . Hingga bintang taklagi bercahaya . . . Hingga gelombang tak lagi menepi . . Aku hanyaingin mencintaimu . . Hingga akhir waktuku…
0 komentar:
Posting Komentar